Kamis, 28 Februari 2019

Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kehidupan

MEMPERTAHANKAN KEJUJURAN SEBAGAI CERMIN KEPRIBADIAN


     1.     Pengertian Jujur
Dalam bahasa arab, kata jujur semakna dengan “as-sidqu” atau “siddiq” yang berarti benar atau berkata benar. Lawan katanya adalah dusta, atau dalam bahasa arab “al-kazibu”.
Secara istilah, jujur atau as-sidqu bermakna :
  1.    Kesesuaian antara ucapan dan perbuatan
  2.    Kesesuaian antara informasi dan kenyataan
  3.    Ketegasan dan kemantapan hati
  4.    Sesuatu yang baik yang tidak dicampuri kedustaan

2.     Pembagian Sifat Jujur
Imam al-Ghazali membagi sifat jujur sebagi berikut :
a.    Jujur dalam niat atau berkehendak
b.    Jujur dalam Perkataan (lisan)
c.    Jujur dalam perbuatan (amal)
Kejujuran merupakan fondasi atas tegaknya suatu nilai-nilai kebenaran karena jujur identik dengan kebenaran. Allah SWT berfirman : (QS. Al-azhab/33:70)
Allah SWT juga berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (itu) sangatlah di benci disisi Allah SWT jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”
Perilaku jujur dapat mengantarkan pelakunya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Jujur adalah sikap yang tulus dalam melaksanakan sesuatu yang diamanatkan, baik berupa harta maupun tanggung jawab. Orang yang melaksanakan amanat disebut al-Amin, yakni orang yang terpercAya, jujur dan setia.
Diantara faktor yang menyebabkan Nabi Muhammad SAW berhasil dalam membangun masyarakat Islam adalah karena sifat-sifat dan akhlaknya yang sangat terpuji. Salah satu sifatnya yang menonjol adalah kejujurannya sejak masa kecil sampai akhir hayat.
Kejujuran akan mengantarkan seseorang mendapatkan cinta kasih dan keridhaan Allah SWT. Sedangkan kebohongan adalah kejahatan tiada tara, yang merupakan faktor terkuat yang mendorong seseorang untuk berbuat kemunkaran dan menjerumuskannya ke jurang neraka.
Kejujuran sebagai sumber keberhasilan, kebahagiaan, serta ketentraman, harus dimiliki oleh setiap muslim. Sedangkan kebohongan adalah muara dari segala keburukan dan sumber dari segala kecaman karena akibat yang ditimbulkannya adalah kejelekan, dan hasil akhirnya adalah kekejian. Akibat yang ditimbulkan oleh kebohongan adalah namimah (mengadu domba), sedangkan namimah dapat melahirkan kebencian.

3.        Ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist tentang Perintah Berlaku Jujur
     a.    QS. Al-Maidah/5:8

8)يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 
b.  Q.S At-Taubah/9:119

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (119)
Artinya: 
Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah SWT., dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.

Kandungan yang terdapat pada ayat tersebut :
Dalam ayat ini Allah SWT menunjukkan seruan-Nya dan memberikan bimbingan pada orang-orang yang beriman pada-Nyadan Rosul-Nya, agar mereka tetap dalam ketaqwaan dan mengharapkan ridho-Nya, dengan cara menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan-Nya, dan menjauhi segala larangan yang telaH ditentukan-Nya dan hendaklah senantiasa bersama orang-orang yang  benar dan jujur, mengikuti ketaqwaan, kebenaran dan kejujuran mereka. Dan jangan bergabung kepada kaum munafik yang selalu menutupi kemunafikan mereka dengan kata-kata dan perbuatan bohong serta ditambah pula dengan sumpah palsu dan alasan-alasan yang tidak benar.
            c. Hadist dari Abdullah bin Ma’ud ra.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Ma’ud ra., Rasulullah saw. Bersabda :
“Hendaklah kamu berlaku jujur karena kejujuran menuntunmu pada kebenaran, dan kebenaran menuntunmu ke surga. Dan senantiasa seseorang berlaku jujur dan selalu jujur sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT. Sebagai orang yang jujur. Dan hindarilah olehmu berlaku dusta karena kedustaan mununtumu pada kejahatan, dan kejahatan menuntunmu ke neraka. Dn seseorang senantiasa berlaku dusta dan selalu dusta sehingga dia tercatat di sisi Allah SWT sebagai Pedusta..” (H.R. Muslim)

Kandungan Hadist :
Kandungan hadist di atas menceritakan tentang Rasulullah saw. Akan melakukan gazwah (penyerangan) ke Tbuk untuk menyerang tentara Romawi dan orang-orang Kristen di Syam.


Manfaat jujur dalam kehidupan sehari-hari :
a.  Hidup terasa tenang jika kita sering jujur, maka tidak akan ada rasa khawatir / merasa bersalah atas sikap yang kita lakukan. Selain itu, kita juga bisa menabung untuk masuk surga.
b.  Mendapat pekerjaan jika kita menjadi orang yang jujur, maka kita dapat dipercaya orang lain dalam melakukan suatu hal. Selain itu, aura yang keluar juga akan terlihat positif.
c.  Banyak teman kejujuran membuat orang-orang disekitar kita akan senang dengan kita. Mereka menganggap kalau kita adalah orang yang dapat dipercaya.
d.   Memperoleh kesuksesan dengan memiliki sifat jujur orang akan memperoleh kesuksesan. Contoh : ada seorang pengusaha yang sukses. Ia bisa sukses karena ia bisa dipercaya oleh banyak orang. Para klien pun akan berdatangan dan merasa senang karena proyeknya ditangani oleh orang yang jujur.
e.   Memiliki nama baik jika kita sering berbuat jujur, maka akan banyak orang yang mengetahui hal tersebut. Jika banyak orang yang mengetahui hal tersebut mungkin diluaran sana mereka akan membicarakan tentang kejujuranmu.

Kesimpulan
1.   Jujur merupakan sifat mulia yang menunjukkan kesesuaian antara kebenaran dengan apa yang diucapkan atau dilakukan oleh seseorang.
2.  Banyak di jumpai dalil dari Al Qur’an maupun Al Hadits yang membicarakan masalah kejujuran.
3.    Macam-macam jujur (shiddiq) seperti yang di ungkap diatas ada 5 makna:
a. Jujur dalam perkataan
b. Jujur dalam niat dan kemauan
c. Jujur dalam bermuamalah (pergaulan)
d. Jujur dalam berjanji
e. Jujur dalam kenyataan
Namun terdapat satu tambahan menurut sa’id hawwa yaitu jujur dalam menempuh tangga- tangga agama.
4.    Orang yang berperilaku jujur akan senantiasa mendapat kepercayaan dari orang lain. Orang lain akan merasa tenteram dan nyaman bersama orang yang berperilaku jujur.
5.  Sedangkan orang yang berperilaku terbalik dari jujur akan senantiasa di jauhi oleh orang lain. Orang lain akan senantiasa merasa was-was bersamanya.
6.  Orang mukmin harus senantiasa menjadikan jujur sabagai pakaian dimanapun dan kapanpun ia berada.

0 komentar:

Posting Komentar